Blog •  15/06/2020

Cegah Ancaman Krisis Pangan, Mentan Dorong Percepatan Tanam Padi

Something went wrong. Please try again later...
© IDN Times/Wira Sanjiwani
© IDN Times/Wira Sanjiwani

Jakarta, IDN Times - Gerakan percepatan tanam khususnya tanaman padi di semua daerah pada Musim Tanam (MT) II Tahun 2020 diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, Cilacap termasuk salah satu lumbung pangan Jawa Tengah.

Bahkan, kata dia, Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang diandalkan dalam rangka menyiapkan stok pangan yang cukup bagi semua masyarakat di seluruh Indonesia, khususnya di Jateng dan Jawa pada umumnya.

1. Produktivitas Cilacap sebagai lumbung pangan harus didorong maksimal

Menurut Syahrul, Cilacap sebagai lumbung pangan harus didorong secara maksimal. Diharapkan produktivitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

"Oleh karena itu, intervensi segala kekuatan pertanian, baik dalam prapelaksanaan, prapenanaman harus dikondisikan. Sekarang ini kita masuk pertanaman musim tanam II, musim tanam kering, dan ternyata air masih cukup banyak, oleh karena itu percepatannya harus dilakukan bersama," kata Syahrul seperti dikutip dari Antara, Minggu (14/6).

2. Percepatan tanam bisa menghindari krisis pangan

Syahrul berharap semua kabupaten yang ada di Jawa Tengah beserta para bupati di seluruh Indonesia turun melakukan percepatan tanam di musim tanam II ini.

"Kalau ini kita lakukan, apa pun besok yang terjadi, perut rakyat Indonesia tersedia makannya, maka kita dalam menghadapi (berbagai) tantangan termasuk tantangan COVID-19, memiliki kekuatan besar," katanya.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan optimistis Indonesia mampu terhindar dari ancaman krisis pangan yang akan terjadi pascapandemik COVID-19 seperti yang diingatkan oleh organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization/FAO). Selain itu, kata dia, FAO juga memberi peringatan terkait ancaman kekeringan yang melanda dunia. Sebab, persediaan air tinggal sedikit sejak bulan Mei hingga Juni dan pada bulan Juli sudah tidak ada air.

"Kita jawab di Indonesia tidak (ada kekeringan maupun krisis pangan). Di Indonesia ada semua (ketersediaan pangan dan air)," kata dia.

3. Stok beras masih cukup sampai Desember 2020, bahkan diprediksi surplus

Sebelumnya, Syahrul mengatakan stok beras tersisa mencapai 6,1 juta ton sehingga tercukupi untuk kebutuhan pangan hingga tahun 2021 mendatang. Syahrul menyebutkan luas tanam musim pertama pada Oktober 2019-Maret 2020 mencapai 6,7 juta hektare sehingga terdapat produksi beras mencapai 16,65 juta ton. Ada pun stok beras hingga akhir Juni diproyeksikan mencapai 7,49 juta ton.

"Kita masih punya stok dari sebelumnya hampir 5 juta ton, sehingga saat ini masih tersisa 7,49 juta ton. Stok ini akan ter-carry over pada Desember 2020," kata Syahrul.

Sumber: IDN Times