Blog •  12/05/2020

Petani Pahlawan di Tengah Wabah Corona, Perlu Perhatian Pemerintah

Something went wrong. Please try again later...

Medanbisnisdaily.com - Medan. Kondisi di tengah pandemi virus corona (Covid-19) membuat masyarakat membutuhkan pasokan bahan pangan. Petani dinilai salah satu garda terdepan dalam mencegah meluasnya wabah corona, karena berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat untuk menjaga imunitas tubuh.

“Petani tidak boleh berhenti bercocok tanam untuk menyediakan pangan. Di tengah Covid-19 petani adalah pahlawan, bukan hanya dokter dan perawat saja, karena petani adalah yang menyediakan pangan dan tidak boleh dirumahkan," ujar Ketua DPD Gelora Kota Medan, Muhammad Nasir kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (16/4/2020).

Dikatakan Nasir, sulit untuk membayangkan jika dalam kondisi Covid-19 pangan bermasalah, terutama petani Kota Medan yang dominan memproduksi sayur mayur, selain padi. Maka dari itu pertanian tidak boleh berhenti, pemerintah harus memberikan subsidi pupuk dan bibit kepada petani lewat anggaran R-APBP tahun ini, sebelum petani Kota Medan menutup lahan," ujar mantan Anggota DPRD Sumut tersebut.

Pantau medanbisnisdaily.com, saat pandemi Covid-19 berlangsung, sejumlah petani di Kota Medan mengeluhkan hasil panen sayuran yang mereka lakukan yang di jual dengan harga murah, sementara harga harga pupuk, obat-obatan dan bibit harganya relatif tinggi, sehingga tidak sebanding biaya produksi dengan penjualan hasil panen.

Seperti dikatakan Sukria (41) warga Jalan Rawe IX Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan. Ayah dua anak yang bertani di atas lahan 1.500 m2, kini hanya bisa menanam jenis sayuran bayam dan kangkung saja. "Untuk sayur jenis lain seperti, terong, sawi, kacang panjang, timun, terpaksa dihentikan, karena berkurangnya daya beli," ujarnya.

Sukria menyebutkan, bayam sebelum pandemi Covid-19 bisa terjual Rp 35.000 hingga Rp 40.000/bal, kini harganya turun dratis menjadi Rp 20.000. Sedangkan kangkung yang sebelumnya Rp 15.000/bal menjadi Rp 8.000/bal. Dalam satu bal berisi 20 ikat sayuran. Dalam sehari Sukria hanya membawa salurannya ke pasar dengan cara mengecer langsung, masing-masing sebanyak 20 bal.

Hal yang sama dikatakan, Refan (59) petani yang bermukim di Lingkungan VI Kelurahan Tanah Enamratus, Kecamatan Medan Marelan. Ia menyebutkan selama lebih 20 tahun bercocok tanam di lahan eks HGU PTPN2 Kebun Helvetia, baru kali ini harga sayur merosot.

"Kami berharap di masa Corona ini, sepantasnya kami para petani memperoleh bantuan dari Pemerintah Kota Medan, kalau kami tak bercocok tanam, penderitaan bukan hanya petani yang merasakan, tetapi juga terhadap masyarakat lainnya yang akan mengalami kekurangan pangan," ujarnya.

Sumber: Medanbisnisdaily